Mengenai Saya

Nama Saya Alfahri Rabbi Ramadhan TTL Bekasi,22 Desember 2000

Selasa, 31 Maret 2020

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


Unsur-Unsur Yang Membangun Manusia

Ada dua pandangan yang dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia :
1. Manusia terdiri dari 4 unsur yang saling terkait yaitu :
  • Jasad : badan kasar manusia yang tampak dari luar, dapat diraba dan menempati ruang
  • Hayat: mengandung unsur hidup yang ditandai gerak
  • Ruh: bimbingan tuhan yang bekerja secara spiritual yang memahami kebenaran
  • Nafs :kesadaran tentang diri sendiri
2. Manusia sebagai suatu kepribadian memiliki 4 unsur, yaitu :
  • Id : merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional
  • Ego : bagian yang pertama kali dibedakan dengan ID,  disebut kepribadian eksekutif karena peranannya dalam menghubungkan energy Id ke dalam saluran social yang dapat dimengerti orang lain
  • Super Ego : kepribadian yang muncul paling akhir sekitar usia 5 tahun. Super ego terbentuk dari lingkungan ekternal. Super ego merupakan kesatuan standar moral yang diterima ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas dalam lingkungan luar diri.
Hakekat Manusia

Hakekat Manusia adalah Kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Menurut bahasa, Hakikat berarti Kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat adalah Inti dari segala sesuatu atau menjadi jiwa sesuatu. Ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia disebut Antropologi Filsafat.

Menurut Para ahli dalam memahami hakekat tentang manusia :

- Charles Robert Darwin (1809-1882)
Menetapkan manusia sejajar dengan binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan alam)

- Ernest Haeckel (1834-1919)
Menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui

- Aristoteles (384-322)
Memberikan devinisi manusia sebagai binatang yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)

Dalam Islam manusia dipandang sebagai manusia, bukan sebagai binatang, karena manusia memiliki derajat yang tinggi, bertanggung jawab atas segala yang diperbuat, serta makhluk pemikul amanah yang berat. Berikut pemahaman para pemikir Islam tentang manusia;

Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd menyatakan bahwa hakekat manusia itu terdiri dari 2 komponen penting :

- Komponen Jasad
Komponen ini berasal dari alam ciptaan yang mempunyai bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam, serta berjasad dan terdiri atas organ. Sifat jasad manusia yang ada dalam bumi ini yaiu, dapat bergerak, memiliki rasa, berwatak gelap dan kasar, dan ini tidak berbeda dengan benda-benda lain, Komponen jasad merupakan komponen materi.

- Komponen jiwa
Komponen jiwa berasal dari alam perintah (alam kholiq) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad manusia. Hal ini karena jiwa merupakan roh dari perintah Tuhan walaupun tidak menyamai Dzat-Nya. Jiwa ini dapat berfikir, mengingat, mengetahui, dan sebagainya, sedangkan unsur jiwa merupakan unsur rohani sebagai penggerak jasad untuk melakukan kerjanya yang termasuk alam ghaib. Jiwa adalah sebagai kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik

Hakekat berarti adanya berbicara mengenai apa manusia itu, ada 4 aliran yang dikemukakan yaitu :
1. Aliran Serba Zat
2. Aliran Serba Ruh
3. Aliran Dualisme
4. Aliran Eksistensialisme

Terkait tentang hakekat manusia ini, Poespoprodjo mengemukakan bahwa :
1. Hakekat manusia haruslah diambil dengan seluruh bagiannya yaitu bagian esensional manusia, baik yang ,metafisis ( animalitas dan rasionalitas ) maupun fisik ( badan dan jiwa ) juga semua bagian yang integral ( anggota-anggota badan dan pelengkapannya )
2. Hakekatnya manusia harus diambil dengan seluruh nisbahnya

Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain
  • Manusia mempunyai akal budi yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami, manusia dengan akal budinya mampu memperbaruhi dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, kebutuhan untuk memaksimalkan penggunaan potensi-potensi, kemampuan, bakat, kreativitas,ekspresi diri, prestasi,dll.
  • Manusia memiliki kekhasan dibandingkan dengan makhluk yang paling mirip sekalipun. Menurut al-Qur’an kekhasan ini menyebabkan adanya konsekuensi kemanusiaan diantaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Karakterisrik manusia adalah :

Kepribadian Bangsa Timur

Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, temparmen, ciri-ciri kasdan perilaku seseorang. Kebudayaan Timur adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental.

Contoh Kepribadian Bangsa Timur:
1. Ramah dan Sopan
Sifat tersebut menunjukkan bahwa bangsa timur memiliki sifat yang ramah dan sopan serta mudah bersosialisasi dengan bangsa lainnya. Sikap peduli terhadap lingkungan sekitar membuat bangsa timur mudah bergaul berbeda dengan bangsa barat yang cenderung hidup lebih individualis.

2. Pekerja Keras
Pekerja keras merupakan ciri-ciri bangsa timur. Bangsa timur dikenal dengan orang-orangnya yang tidak mudah menyerah, rajin dan bersungguh sungguh saat melakukan sesuatu apalagi yang berhubungan dengan pekerjaan.

3. Keagamaan dan Kebudayaan
Bangsa timur juga terkenal karena keragaman ras dan kebudayaan. Tidak hanya menang kuantitas, hal utama yang menjadi pedoman hidup bangsa timur adalah tradisi dan agama. Karena keterikatan dengan adat dan budaya menjadikan pembatas individu-individu bangsa timur untuk mencapai potensi maksimalnya.

4. Kesopanan
Bangsa timur dikenal dengan kesopanannya dan menjunjung tinggi norma kesopanan. Adat yang berlaku di lingkungna bangsa timur sangat berpengaruh terhadap kesopanan orang-orangnya.

5. Kepintaran dan Kecerdasan
Karena bangsa timur dikenal pekerja keras dan rajin ini menyebabkan bangsa timur cerdas dan pantang menyerah.

6. Norma
Sebagai bangsa timur, dikenal amat menjunjung tinggi norma-norma. Bangsa timur cenderung tidak suka menyangkut hal-hal yang bertentangan dengan norma.

7. Mengutamakan Keluarga
Kebanyakan orang-orang bangsa timur sangat bergantung pada keluarganya. Keluarga menjadi faktor utama dalam kehidupan bangsa timur itu sendiri.


Bagan psiko-sosiogram manusia
Warna BIRU dan HIJAU disebut sebagai daerah tak sadar dan sub sadar. Tak sadar karena memang sudah tertanam jauhdi dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia itu sendiri. Sub sadar karena sewaktu waktu unsur unsur yang sudah tertanam bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari hari. 

Warna KUNING disebut kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran pikiran dan gagasan yang ada disimpan sendirioleh manusia tersebut dan tidak ada seorang lain pun yang dapat mengetahuinya. Warna MERAH disebut kesadaran yang dinyatakan. kebalikan dari nomor 5, ini berarti manusia mengungkapkankepada orang lain apa yang ada di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya.

Warna UNGU VIOLET disebut lingkaran hubungan karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta bantuan. Tidak selalu manusia yang lain juga melainkan benda, atau makhluk hidup lain pun bisa berada pada lingkaran ini. WARNA UNGU TUA disebut lingkaran hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang dan pembeli. 

Warna COKLAT disebut lingkaran hubungan jauh yang berarti pikiran dan gagasan manusia tentang berbagai macam hal. Warna PUTIH disebut lingkungan dunia luar yang berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang belum pernah dikunjungi atau dijumpai. 

Definisi Kebudayaan

Pengertian kebudayaan secara umum adalah sesuatu yang akan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Kebudayaan juga bisa diartikan sebagai segala hal yang kompleks, yang di dalamnya berisikan kesenian,  kepercayaan, pengetahuan, hukum, moral, adat istiadat serta keahlian ataupun ciri khas lainnya yang diperoleh individu sebagai anggota dalam suatu masyarakat.

Menurut para ahli :
Menurut Koentjaraningrat
Pengertian kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara
Pengertian kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi
Kebudayaan diartikan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Menurut Mohammad Hatta
Pengertian kebudayaan menurut Mohammad Hatta adalah sebuah ciptaan hidup dari suatu bangsa.

Tokoh-Tokoh Kebudayaan

1. Drs. R. Soekmono

Drs. R. Soekmono (lahir di Ketanggungan, kabupaten Brebes, 14 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 9 Juli 1997 pada umur 74 tahun)[1] adalah salah satu arkeolog dari Indonesia dan pernah memimpin proyek pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1971-1983. Soekmono termasuk dalam arkeolog pertama bangsa Indonesia yang berhasil menyelesaikan gelar sarjananya pada tahun 1953 dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Soekmono merupakan orang Indonesia pertama yang lulus sebagai doktorandus dalam bidang studi arkeologi. Setelah lulus tahun 1953, diangkat sebagai Kepala Dinas Purbakala Republik Indonesia. Jabatan ini terus dipangkunya hingga tahun 1973. Pada tahun 1970 dipercaya pemerintah untuk memimpin Proyek Pemugaran Candi Borobudur, sebuah proyek besar yang didanai oleh pemerintah RI dan UNESCO.

Pada tahun 1974 dia sempat menyelesaikan disertasinya yang berjudul "Candi, Fungsi dan Pengertiannya" di Universitas Indonesia. Pengetahuannya yang luas mengenai Sejarah Kebudayaan Indonesia, diamalkannya di ruang kuliah Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, dan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Batusangkar sebagai Dosen Luar Biasa (1953-1978). Pada tahun 1978 ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1986-1987 sebagai Guru Besar tamu di Rijksuniversiteit te Leiden, Belanda.

“Kebudayaan adalah keseluruhan hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa pikiran dan dalam hidup.”

2. Melville Jean Herskovits

Melville Jean Herskovits (September 10, 1895 - 25 Februari 1963) adalah seorang Amerika antropolog yang mapan Afrika dan studi Afrika-Amerika di Amerika akademisi. Dikenal untuk menjelajahi kelangsungan budaya dari budaya Afrika seperti yang diungkapkan dalam komunitas Afrika-Amerika. Dia bekerja dengan istrinya Frances (Shapiro) Herskovits, juga seorang antropolog, di bidang di Amerika Selatan, Karibia dan Afrika. Mereka bersama-sama menulis beberapa buku dan monograf bersama-sama. Lahir untuk Eropa Timur Yahudi imigran di Bellefontaine, Ohio , pada tahun 1895, Herskovits bersekolah di sekolah umum setempat. Ia menjabat di Amerika Serikat Army Medical Corps di Prancis selama Perang Dunia I .

Sarjana filsafat di University of Chicago pada tahun 1923. Dia pergi ke New York City untuk pekerjaan lulusan, produktif nya MA dan Ph.D. dalam Antropologi dari Columbia University di bawah bimbingan Jerman- lahir antropolog Amerika Franz Boas . Ia belajar bagaimana beberapa aspek budaya dan tradisi Afrika diekspresikan dalam Afrika Amerika budaya di tahun 1900-an.Pada tahun 1927, Herskovits pindah ke Northwestern University di Evanston, Illinois sebagai full-time antropolog. Pada tahun 1934, Herskovits dan istrinya Frances menghabiskan lebih dari tiga bulan di Haiti desa Mirebalais , temuan yang penelitian yang diterbitkan pada tahun 1937 bukunya Hidup di Haiti Lembah.

Pada tahun 1948, Herskovits didirikan program Amerika interdisipliner besar pertama di studi Afrika di Northwestern University Program Studi Afrika adalah yang pertama dari jenisnya di lembaga akademis Amerika Serikat. The Melville J. Herskovits Perpustakaan Studi Afrika di Universitas Northwestern, didirikan pada tahun 1954, adalah terpisah terbesar Africana koleksi di dunia. pada tahun 1957, Herskovits mendirikan Asosiasi Studi Afrika dan presiden pertama organisasi. Buku Herskovits ' Mitos Negro lalu adalah tentang pengaruh budaya Afrika di Afrika Amerika, ia menolak anggapan bahwa Afrika Amerika kehilangan semua jejak masa lalu mereka ketika mereka dibawa dari Afrika dan diperbudak di Amerika . Perang Dunia II , Herskovits publik menganjurkan kemerdekaan negara Afrika dari kekuasaan kolonial. Dia mengecam keras para politisi Amerika untuk melihat Afrika negara sebagai objek dari Perang Dingin strategi. Sering disebut sebagai penasihat pemerintah, Herksovits bertugas di Komite Walikota Hubungan Ras di Chicago (1945) dan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS (1959-1960).

“Kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia”.

3. Sarmidi Mangunsarkoro

Ki Mangunsarkoro atau Sarmidi Mangunsarkoro (lahir 23 Mei 1904 – meninggal 8 Juni 1957 pada umur 53 tahun) adalah pejuang di bidang pendidikan nasional, ia dipercaya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1949 hingga tahun 1950. Ki Sarmidi Mangunsarkoro lahir 23 Mei 1904 di Surakarta. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga pegawai Keraton Surakarta. Pengabdian Ki Sarmidi Mangunsarkoro kepada masyarakat, diawali setelah ia lulus dari Sekolah Guru "Arjuna" Jakarta langsung diangkat menjadi guru HIS Tamansiswa Yogyakarta. Kemudian pada Th 1929 Ki Sarmidi Mangunsarkoro diangkat menjadi Kepala Sekolah HIS Budi Utomo Jakarta.

Pada tahun 1931 Ki Sarmidi Mangunsarkoro ditugasi untuk menyusun Rencana Pelajaran Baru dan pada tahun 1932 disahkan sebagai Daftar Pelajaran Mangunsarkoro. Atas dasar tugas tersebut maka pada tahun 1932 itu juga ia menulis buku Pengantar Guru Nasional. Buku tersebut mengalami cetak ulang pada tahun 1935. Pada tahun 1947 Ki Sarmidi Mangunsarkoro diberi tugas oleh Ki Hadjar Dewantara untuk memimpin penelitian guna merumuskan dasar-dasar perjuangan Tamansiswa, dengan bertitik tolak dari Asas Tamansiswa 1922. Dalam Rapat Besar Umum Tamansiswa Tahun 1947 hasil kerja Panitia Mangunsarkoro bernama Pancadarma itu diterima dan menjadi Dasar Tamansiswa, yaitu: Kodrat Alam, Kemerdekaan, Kebudayaan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan.

Perjuangan Ki Sarmidi Mangunsarkoro dalam bidang pendidikan, di antaranya pada tahun 1930-1938 menjadi Anggota Pengurus Besar Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dan penganjur gerakan Kepanduan Nasional yang bebas dari pengaruh kolonialisme Belanda. Selanjutnya pada tahun 1932-1940 ia menjabat sebagai Ketua Departemen Pendidikan dan Pengajaran Majelis Luhur Tamansiswa merangkap Pemimpin Umum Tamansiswa Jawa Barat. Pada tahun 1933 Ki Sarmidi Mangunsarkoro memegang Kepemimpinan Taman Dewasa Raya di Jakarta yang secara khusus membidangi bidang Pendidikan dan Pengajaran.

Pada tahun 1928 ikut tampil sebagai pembicara dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 menyampaikan pidato tentang Pendidikan Nasional, yang mengemukakan bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan dan dididik secara demokratis, serta perlunya keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Ki Sarmidi Mangunsarkoro pernah terpilih menjadi Ketua PNI Pertama sebagai hasil Kongres Serikat Rakyat Indonesia (SERINDO) di Kediri dan menentang politik kompromi dengan Belanda (Perjanjian Linggarjati dan Renvile). Sewaktu terjadi agresi Belanda II di Yogyakarta, Ki Sarmidi Mangunsarkoro pernah ditahan IVG dan dipenjara di Wirogunan. Pada waktu Kabinet Hatta II berkuasa pada Agustus 1949 sampai dengan Januari 1950, Ki Sarmidi Mangunsarkoro mendapat kepercayaan menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) RI. Sewaktu menjabat Menteri PP dan K, ia mendirikan dan meresmikan berdirinya Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta, mendirikan Konservatori Karawitan di Surakarta, dan ikut membidani lahirnya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Kepercayaan Pemerintah terhadap reputasi dan dedikasinya kepada Negara, membawa Ki Sarmidi Mangunsarkoro kembali dipercaya menjadi Menteri PP dan K RI pada masa Kabinet Halim sejak Januari 1950 sampai September 1950, dan ia berhasil menyusun dan memperjuangkan di parlemen Undang Undang No 4/1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia. UU No 4/1950 itu disahkan dan sekaligus menjadi Undang Undang Pendidikan Nasional pertama.

“Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas – luasnya.”

4. Sutan Takdir Alisjahbana

Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908. Beliau merupakan tokoh pembaharu, sastrawan, dan ahli tata Bahasa Indonesia. Masih keturunan keluarga kerajaan. Ibunya, Puti Samiah adalah seorang Minangkabau yang telah turun temurun menetap di Natal, Sumatera Utara. Puti Samiah merupakan keturunan Rajo Putih, salah seorang raja Kesultanan Indrapura yang mendirikan kerajaan Lingga Pura di Natal.

Ayahnya, Raden Alisyahbana yang bergelar Sutan Arbi, adalah seorang guru. Ia sangat menghormati wanita, mengatakan bahwa wanita adalah motor penggerak dan pendukung dibalik kesuksesan seorang laki-laki. Setelah menamatkan sekolah HIS di Bengkulu (1921), STA melanjutkan pendidikannya ke Kweekschool, Bukittinggi. Kemudian dia meneruskan HKS di Bandung (1928), meraih Mr. dari Sekolah Tinggi di Jakarta (1942), dan menerima Dr. Honoris Causa dari Universitas Indonesia (1979) dan Universitas Sains Malaysia, Penang, Malaysia (1987).STA pernah menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka (1930-1933). Kemudian mendirikan dan memimpin majalah Poedjangga Baroe (1933-1942 dan 1948-1953), Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962).

Pernah menjadi guru HKS di Palembang (1928-1929), dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di Universitas Indonesia (1946-1948), guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan dan Kebudayaan di Universitas Nasional, Jakarta (1950-1958), guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas Andalas, Padang (1956-1958), guru besar dan Ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malaya, Kuala Lumpur (1963-1968). Ia yang pertama kali menulis Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936) dipandang dari segi Indonesia, yang mana masih dipakai sampai sekarang.

Sebelum kemerdekaan, STA adalah pencetus Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo. Pada tahun 1970, STA menjadi Ketua Gerakan Pembina Bahasa Indonesia dan inisiator Konferensi Pertama Bahasa-bahasa Asia tentang The Modernization of The Languages in Asia (29 September-1 Oktober 1967). Selain sebagai ahli tata Bahasa Indonesia, Ia juga merupakan seorang sastrawan yang banyak menulis novel. Beberapa contoh novelnya yang terkenal yaitu Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian Tak Kunjung Padam (1932), Layar Terkembang (1936), Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940), dan Grotta Azzura (1970 & 1971). STA meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994 pada usia 86 tahun.

“Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir.”

5. Sir Edward Burnett Tylor

Sir Edward Burnett Tylor (2 Oktober 1832—2 Januari 1917), adalah seorang antropolog yang berasal dari Inggris. Tylor dikenal melalui jasanya dalam penelitian evolusi kebudayaan. Dalam karyanya Primitive culture dan Anthropology, ia mendefinisikan konteks penelitian ilmiah dalam antropologi, yang didasari dari teori evolusi Charles Darwin. Dia percaya bahwa ada sebuah basis fungsional dalam perkembangan masyarakat dan agama, yang ia anggap bersifat universal. Ia juga memperkenalkan kembali istilah animisme (kepercayaan terhadap jiwa dan roh-roh nenek moyang) yang ia anggap sebagai sebuah fase awal dalam perkembangan agama.

Teori evolusi religi ini dikenalkan oleh Edward Burnett Taylor dengan mempopulerkan istilah ‘animisme’ yang dipercayainya sebagai tahap awal dari evolusi religi, keyakinan sederhana yang mempercayai keberadaan mahluk roh (spiritual being). Animisme adalah suatu kepercayaan pada kekuatan pribadi yang hidup dibalik semua benda, dan animisme merupakan pemikiran yang sangat tua dari seluruh agama. Animisme menurut Taylor, sebagai filsafat dan agama orang-orang primitiv, dihasilkan dari pengamatan dan penyimpulan (akan mimpi, halusinasi dll) secara spontan. Dalam studi sejarah agama dimulai dari Taylor kuat adanya pendapat yang menganggap bahwa telah terjadi perkembangan agama dimulai dari keyakinan adanya mana (manism) ke keyakinan akan roh-roh dibalik segala sesuatu (animism) menuju keyakinan akan patung (totemism), jimat (fetishism), penyembahan alam dan roh-roh, kemudian kepada dewa-dewi & setan-setan (polytheism), dan terakhir kepada ide akan keberadaan Allah yang tunggal (monotheism).

“Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, adapt istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang mempelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.”

6. Ralph Linton

Ralph Linton (lahir 27 Februari 1893 , Philadelphia , Pa., US-meninggal 24 Desember 1953 , New Haven , Conn.) Antropolog Amerika yang memiliki pengaruh yang nyata pada pengembanganantropologi budaya .

Sebagai sarjana di Universitas Swarthmore , Philadelphia, Linton mengejar kepentingan arkeologi, mengambil bagian dalam ekspedisi ke New Mexico, Colorado, dan Guatemala (1912 dan 1913). Setelah lulus (1915) ia diperiksa situs prasejarah di New Jersey, subjek tulisan profesional pertamanya. Dia kembali ke Southwest lagi (1916 dan 1919), tetapi dua tahun tinggal di Kepulauan Marquesas, dimulai pada tahun 1920, dialihkan minatnya dari arkeologi ke etnologi. Ia menjadi kurator koleksi India dan Kelautan Amerika di Field Museum of Natural History, Chicago (1922-1928). Dia menerima gelar Ph.D. dari Harvard University (1925) dan membuat satu orang ekspedisi ke Madagaskar dan Afrika Timur (1925-1927) yang mengakibatkan pekerjaan etnologis utamanya, The Tanala , sebuah Hill Tribe of Madagascar (1933), dan koleksi besar artefak, sekarang terutama di Museum Field.

Dia adalah seorang profesor di University of Wisconsin , Madison (1928-1937), Columbia University (1937-1946), dan Yale University (1946-1953).Studi Man (1936) sering dianggap sebagai pekerjaan teoritis yang paling penting nya. Ini adalah sintesis berpengaruh teori dari antropologi , psikologi , dan sosiologi. Dalam Latar Belakang Budaya Kepribadian (1945), ia mengajukan gagasan dari "kepribadian status," elemen umum yang membentuk tipe kepribadian dasar dalam budaya . Pekerjaan utama terakhirnya, The Tree of Culture (1955), menguraikan asal-usul manusia dan pengaruh biologis dan primata pada budaya perilaku .

“Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.”

7. Christopher Henry Dawson

Christopher Henry Dawson FBA (12 Oktober 1889, Kastil Hay - 25 Mei 1970 Exmouth ) adalah British sarjana independen , yang menulis banyak buku tentang sejarah budaya dan Kristen . Dawson telah disebut "sejarawan terbesar berbahasa Inggris Katolik abad kedua puluh". The 1988-1989 tahun akademik di College Eropa bernama untuk menghormatinya. Dawson dibesarkan di Hartlington Hall, Yorkshire . Ia dididik di Winchester College dan Trinity College, Oxford . Ia memperoleh 2 kelas kehormatan dalam Sejarah Modern di Oxford pada tahun 1911. Setelah gelar ia belajar ekonomi. Dia juga membaca karya teolog Jerman Ernst Troeltsch . Latar belakangnya adalah Anglo-Katolik tetapi ia menjadi Katolik Roma mengkonversi pada tahun 1914.

Ia mulai menerbitkan artikel di The Sociological Review , pada tahun 1920. Buku pertamanya, The Age of the Gods (1928), tampaknya dimaksudkan sebagai yang pertama dari serangkaian lima untuk melacak peradaban Eropa ke abad kedua puluh, tetapi rencana skema itu tidak diikuti dengan kesimpulan. Titik umum pandangnya adalah sebagai pendukung teori sebuah 'Old West', istilah kemudian David Gress , yang mengutip Dawson dalam bukunya Dari Plato ke NATO (1998). Dawson dianggap seorang sejarawan Katolik terkemuka. Dia adalah seorang Dosen di Sejarah Budaya, Universitas College, Exeter (1930-6), Forwood Dosen Filsafat Agama, Universitas Liverpool (1934), Gifford Dosen di Universitas Edinburgh (1947 dan 1948), dan Profesor Studi Katolik Roma, Harvard University (1958-1962). Dia terpilih sebagai Fellow dari British Academy pada tahun 1943.

Dari tahun 1940 untuk periode ia adalah editor dari Dublin Ulasan . Dia Chauncey Stillman Ketua Studi Katolik Roma di Harvard University 1958-1962. Tulisan-tulisannya di tahun 1920-an dan 1930-an membuatnya menjadi tokoh penting dari waktu, dan pengaruh khususnya pada TS Eliot , yang menulis penting nya. Dia berada di pinggiran ' The Moot ', dan juga Pedang Roh ekumenis kelompok. Karyanya berpengaruh dalam pendirian Campion College NSW, Australia, dan dalam pembentukan pada tahun 2012 dari The Christopher Dawson Masyarakat Filsafat dan Budaya Inc di Perth, Australia Barat. Ia menggunakan pendekatan metahistorical untuk mata pelajaran, dan mata pelajaran mereka sendiri melalui; pengaruh agama pada aspek budaya barat.

“Kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life).”


Tujuh unsur kebudayaan universal

1. Bahasa
Suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus sebagai alat perantara yang paling utama bagi manusia untuk meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.

2. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat-sifat peralatan yang digunakannya. Sistem pengetahuan meliputi flora dan fauna, ruang pengetahuan tentang alam sekitar, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta tubuh manusia.

3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
Sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi kekerabatan, asosiasi, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, dan perkumpulan.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Teknologi adalah jumlah dari semua teknik yang dimiliki oleh para anggota dalam suatu masyarakat yang meliputi cara bertindak dan berbuat dalam mengelola dan mengumpulkan bahan-bahan mentah. Kemudian bahan tersebut dijadikan sebagai alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan, alat transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya yang berupa material. Unsur teknologi yang sangat menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian, perhiasan, tempat tinggal, perumahan, dan alat-alat transportasi.

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Segala usaha atau upaya manusia untuk medapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam, perikanan, peternakan, dan perdagangan.

6. Sistem Religi
Sebuah sistem yang terpadu antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan pikiran. Sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai, pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan.

7. Kesenian
Segala hasrat manusia terhadap keindahan atau estetika. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu muncul dari sebuah permainan imajinatif dan kreatif. Hal itu dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Secara garis besar, kita dapat memetakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni suara dan seni tari.

Perbedaan kebudayaan dalam dua bentuk wujud

Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata. Kebudayaan material juga mencangkup barang-barang, seperti televise, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, dan gedung pencakar langit.
Kebudayaan secara material  adalah semua benda dan alat kerja yang dihasilkan oleh teknologi. Kebudayaan material dapat dikatakan sebagai wujud dari kebudayaan yang bersifat abstrak, yang memberi pengertian dan nilai kepada benda-benda material sebagai hasil usaha dan kerja manusia yang dilakukan secara sadar dan bertujuan. Teknologi merupakan unsur budaya yang sangat penting sebab perubahan teknologi akan memengaruhi unsur kebudayaan lain. Misalnya, perubahan teknologi berburu menjadi teknologi pertanian. Masyarakat tradisional yang masih menerapkan cara hidup berburu biasanya memiliki anggota yang relatif sedikit, hidup berpindah-pindah serta cenderung menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah dibawa serta. Akan tetapi, dengan ditemukannya teknik pertanian, masyarakat tersebut akan tinggal secara menetap, jumlah penduduknya bertambah, dan mulai menggunakan peralatan dan teknologi yang beragam. Di sisi lain, di sela menunggu hasil pertanian panen, mereka mengembangkan kerajinan tangan dan kesenian.

Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, yaitu seperti dongeng, cerita rakyat dan lagu atau tari tradisional
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Tiga wujud kebudayaan menurut dimensi wujudnya

1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak.

2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.

3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Lima masalah pokok kehidupan manusia dalam system nilai budaya

1. Hakekat Hidup
Masyarakat dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan dalam memahami arti dari hidup.Sebagai contoh dalam Buddha, hidup itu buruk dan manusia harus mencapai Nirvana. Hal ini mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Namun, banyak kebudayaan yang menganggap hidup itu baik. Jadi, variasi budaya mempengaruhi pemikiran-pemikiran manusia.

2. Hakekat kerja atau karya manusia
Ada beberapa yang menganggap kerja adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk bertahan dalam kehidupan (survival). Namun, ada yang bekerja untuk mendapatkan pangkat, jabatan, bahkan ada yang berpikir bekerja untuk meninggikan prestasi. Bukan harta yang dicari, namun status sosial yang dimiliki setiap individu.

3. Hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
Masalah ini memilik fokus dalam waktu. Ada budaya yang harus menganggap penting masa lampau, ada yang memperhatikan masa kini adalah yang terpenting sebagai tujuan perjuangannya, dan ada budaya yang melihat jauh ke depan. Hal ini mempengaruhi masyarakat dalam menentukan perencanaan hidupnya dikarenakan perbedaan pendapat dalam pemahaman dimensi waktu.

4. Hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar.
Masalah ini menyangkut kepercayaan bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.

5. Hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya
Masalah yang ke lima menyangkut tentang interaksi antar manusia. Banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Ada budaya yang menganggap kedudukan secara horizontal, dimana cenderung memikirkan hak asasi manusia. Sedangkan ada budaya yang menganggap kedudukan secara vertikal, dimana terciptanya pengembangan orientasi keatas (senioritas).

Faktor-faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
  1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
  2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
  3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
  4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
  5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.

Penyebab terjadinya gerak atau perubahan kebudayaan

Penyebab dari dalam
  1. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
  2. Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
  3. Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
Penyebab dari luar
  1. Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut.
  2. Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
  3. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity.

Hubungan antara manusia dan kebudayaan

1. Secara sederhana
a. Manusia sebagai pelaku kebudayaan
b. Kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia
2. Menurut Sosiologi
a. Manusia menciptakan kebudayaan
b. Kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya

Contoh tentang Hubungan antara manusia dan kebudayaan

1) Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2) Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value )
3) Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
4) Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5) Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.

Pengertian dialektis

Masyarakat dan kebudayaan terjadi hubungan yang bersifat dialektis, artinya antara hakikat yang terdapat pada manusia itu berpengaruh dan mempengaruhi hakikat yang ada pada kebudayaan. Kebudayaan merupakan desain kehidupan manusia (design for living). Hubungan masyarakat dan kebudayaan yang bersifat dialektis ini sering disebut dengan Dialektika Budaya.

Tiga tahap dalam proses dialektis
Hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia, dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis.
Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu :
1. Eksternalisasi, yaitu :
Proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2. Obyektifitas, yaitu :
Proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif yaitu suatu kenyataan yang terpisah dalam manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian, masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Internalisasi, yaitu :
Proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya, manusia mempelajari kembali masyarakat sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehinga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

Sumber :